Bersama dengan Puea Thai, Yingluck mendominasi parlemen dengan 60 persen kursi anggota legislatif. Dominasi Puae Thai ini didapat setelah sepakat melakukan koalisi dengan enam partai lain, usai kemenangan mereka dalam pemilu 3 Juli lalu.
Setelah kepastian pemilihan parlemen atas dirinya sebagai Perdana Menteri Thailand yang baru, Yingluck tinggal menunggu pelantikan dari pihak Kerajaan Thailand untuk meresmikan posisinya.
Adik dari mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra tersebut akan dihadapkan pada masalah untuk menciptakan kestabilan di Negeri Gajah Putih ini.
Selain Yinglunck juga dihadapkan untuk memenuhi janjinya di masa kampanye lalu. Janji-janji tersebut antara lain, kenaikan upah minimum dan memberikan harga tinggi bagi beras para petani Thailand.
Namun sepertinya janji-janji ini sulit untuk diwujudkan oleh perempuan berusia 44 tahun ini. Bank Sentral Thailand sebelumnya sudah memperingatkan, bila Yingluck tetap bersikeras untuk mewujudkan janjinya maka bukan tidak mungkin Thailand akan tenggelam dalam inflasi tinggi.
Perempuan cantik tersebut adalah lulusan ilmu politik dari Universitas Chiang Mai, Thailand. Ia lalu menyabet gelar master dalam bidang administrasi publik dari Kentucky State University, Amerika Serikat (AS).
Latar belakang bisnis itu membuat ibu satu anak ini diragukan banyak pihak ketika memutuskan terjun ke dunia politik. Yingluck memang politikus yang tergolong pemula. Namun, ia mengaku mewarisi sifat dan bakat politik Thaksin yang dikudeta oleh militer tahun 2006.
Pengamat dari Institut Studi Asia Tenggara di Singapura, Michael Montesano, mengatakan, Yingluck dilihat sebagai wajah segar di tengah berbagai skandal yang melibatkan para elite politik di Thailand. Masyarakat menginginkan figur yang baru, cukup muda, dan menarik untuk memimpin Thailand di masa depan.
Statusnya sebagai adik kandung mantan PM yang kontroversial tidak memiliki dampak apa pun terhadap popularitas Yingluck. Namun, lanjut Montesanoe, keberhasilan Yingluck sebagian juga disumbangkan oleh kecerdasannya dalam berkampanye.
Masih menurut Montesano, Yingluck mampu menahan diri dari kampanye negatif. Ia memilih fokus pada kebijakan dan menekankan perlunya rekonsiliasi di Thailans setelah bertahun-tahun dilanda kerusuhan berdarah. Ini berbeda dari cara berkampanye Abhisit yang dinilai kurang menyentuh.
"Dia bisa terlihat sangat natural di depan banyak orang dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh PM saat ini, Abhisit," kata Montesano.